20 April 2016

Artikel

Keluarga Ramah Anak, PenyokongSekolah Berkarakter

Pendidikanadalahinvestasimasadepanuntukmenyiapkansumberdayamanusia yang berkualitas.Parapakarumumnyaberpandanganbahwapendidikanmerupakan proses pengembanganpotensiindividu, pewarisanbudaya, daninteraksiantarapotensiindividudenganlingkungannya. Karenaitu, pendidikanhendaknyaberorientasidan demi pengembanganpotensisertakemampuananakdalamrangkamemeliharadanmeningkatkanmartabatmanusia
(human dignity),yaitumanusia yang memilikikecerdasan (intelligence, spiritual, emotional) untukmenjalanikehidupannyadenganbertanggungjawab, baiksecarapribadi, sosial, maupunprofessional.(http://alislamiyah.uii.ac.id/2014/06/17/strategi-pendidikan-anak-usia-dini-dalam-keluarga/.
Sejalandenganhal di atas, pendidikansaatinimenjadihal yang perludiperhatikandenganporsilebihkuat.Pendidikanuatamdanutamayaitukeluarga.Keluargamenjadi focus sumberpenyebaran”virus” beragamkeilmuan. Dari sanalah, performaseoranganakakanbisadilihat. Jadi, ketikakeluargamenjadisekolahpertama, maka di lingkungnadansekolahformalnyamenjadi instrument penilaian yang sangatindependen.
Banyakperilakusiswa di kelassangatdipengaruhiolehperilakudanhasilpendiidkan di keluarganya.Maka, perluupayamembumikanpendidikanusiadini di keluagra. Orang tuatidakbolehabaidenganperkembangansertapertumbuhananaknya.Karenahasilutuhnya, performadankarakteranakakandilihatoranglain.
Fakta yang mencengangkansaatini, justruberbalikdengankemauanorangtuadankerjakerasorangtuadalammendidik di rumah.Misalnya, saatpertamasiswamasuksekolahterlambat, saatinibanyak yang beralasankarenakesiangan, macetdansebagainya.Hal inibisadisinyalirorangtuakurangtanggapdenganpolahidupdanperilakuanaknya di rumah.Dengan alas anmulia”saying” makasemua yang dilakukananak, dinilaiwajardanbiasasaja. Dampaknyaluarbiasa, takjarangsiswa yang saatiniterjangkitbudaya “efobia”, sukalebihinstan, kurangpercayadiridansebagainya. Celakanya, narkobadan free seksjugamenjadi virus yang rentandideritasiswa.
Dengandemikian, upayasekolahramahanak yang selamainidigalakkanbeberapasekolah, perludidukungkeluargaramahanak.Pasalnya, saatinicukupbanyakkeluarga yang sebenarnyatelah”tumbang” tidakmemilikilandasankeharmonisan, kejujuran, pendidikan yang baik.Hal iniBisajadi, pendidikanbagisebagianorangtuakitahanyatanggungjawab guru di sekolah.
Padahalpendidikanusiadini yang saatinidigalakkanmencobamembukasegmentasimasyarakat yang memangmaumeningkatkanpendidikan. Usiadinimenjadi golden age (usiaemas) bagianak di keluarga. Jikakondisihubungankekeluargaan di suatukeluargaharmonis, makaakanberdampakterhadapharmonisnyaperangaisianak di luarrumah.
Salah satuunsurperkembangansosialadalahperkembangankepribadian.Peran orang tuaadalahmenyediakanbanyakpeluangbagianak-anakuntukmembangunkepercayaan, membuatberbagaimacampilihansertamerasakansuksesdaripilihan yang merekabuatsendiri.Selainitu, membantuanak-anakuntukmengenalikebutuhandanperasaanmerekasendirimerupakanhal yang penting di dalammembangunkepercayaananak.Anakharusmerasakanbahwagagasannyaadalahgagasan yang baikdan orang lainmenghormatigagasanitu.
PadmonodewomenyitirpenjelasanPartendaribukunya Social Participation among Preschools Children bahwatingkah-lakusosialanaktamankanak-kanakketikasedangbermainbebasadalahsebagaiberikut: (a) Tingkahlakuunoccupied atautidakmenetap:Anakhanyamelihatanak lain bermain, tetapitidakikutbermain. Iamungkinberdiri di sekitaranak lain danmemandangtemannyatanpamelakukankegiatanapapun; (b)Tingkah-laku “onlooker”. Anakmenghabiskanwaktudenganmengamati.Kadangmemberikomentartentangapa yang dimainkananaklain, tetapitidakberusahauntukbermainbersama; (c)Bermain soliter. Anakbermainsendiridenganmenggunakanalatpermainanberbedadenganapa yang dimainkanolehteman yang ada di dekatnya. Merekatidakberusahauntuksalingbicara; (d) Bermain paralel. Anakbermaindengansalingberdekatantetapitidaksepenuhnyabermainbersamadengananak yang lain. Merekamenggunakanalatmainan yang sama, berdekatantetapidengancara yang tidaksalingbergantung; (e) Bermain asosiatif. Anakbermaindengananaklaintetapitanpaorganisasi. Tidakadaperantertentu, masing-masinganakbermaindengancaranyasendiri-sendiri; (f) Bermain kooperatif. Anakbermaindalamkelompokdimanaadaorganisasi.adapimpinannya. Masing-masinganakmelakukankegiatanbermaindalamkegiatanbersama, misalnya main toko-tokoan, atauperang-perangan.
Karakteristik yang lainberkaitandengan “irreversibility”, yaituketidakmampuananakmengikutisatupemikirandankembalilagipadatitikawalpemikirantersebut. Anaksecara mental tidakdapatmemahamipenalaran yang ada di belakangsoalmatematika yang sebenarnyakebalikannya (4 + 5 = 9, 9 – 5 = 4).Selainitu, anakmengalami “perceptual centration” (pemusatanpersepsi)Biasanyaanakhanyaberkonsentrasipadasatuciridanmengabaikancirilainnya, karenapadawaktu yang bersamaantidakdapatmengkoordinirinformasi yang diperolehdariberbagaisumber.Pemusatandihubungkandenganklasifikasi, pengurutan, dantugas-tugas lain yang sepertiitu.
Sigmund Freud, pendirialiranpsikoanalisis, menyebutpadamasa 3-5 tahundengantahap phalik. Selamatahapperkembangankepribadianini, yang menjadipusatdinamikaadalahperasaan-perasaanseksualdanagresifberkaitandenganmulaiberfungsinya organ-organ genital
Dengandemikiansangatjelasbahwaanakusiadinimemilikikesempatan yang laurbiasa, untukmendapatkanasupanpendidikannilailuarbiasa pula.Makakeberadaandanperanorangtuamutlakdiperlukangunamenyiapkanstoksiswa yang ramah.Ramah di keluarga, ramah pula di sekolah.Jadi, hal yang mustahiljikasekolahramahanakanakbisategak, tanpadukungandarikeluarga.
Fenomenaperilakusiswa di kotabesarmisalnyalebihekspresifdanbisadilihat. Baikperilakumenyimpangmaupunperilakupositifnya.Takjarangsiswa yang karenamemilikibekal minim darikeluarganya, mudahdipengaruhitemannya.Misalnya, aksitawuranantarsekolah, pemalakkan, buyling, narkoba, dansejenisnya.Semuaitu, bisadicegahsecaraprefentifdenganmelibatkanperankeluarga.Masalahnya, keluargamana yang mauterlibatsecaraaktifgunapendidikansekolahramahanak?
Jika di rumahorangtuamampumengontrolperilakuanaknya, tapiketika di sekolah, makasiswaakanmerasaadaruangwaktulebihluasgunamengekspresikanperasaanya. Karenatidakadaarahan yang tegas, makabisasajaekspresitersebutkebabalasan.Akhirnyabisaterjadiperilakumenyimpang di sekolah.
Padahalkalaukitaberpikirlogisbahwakeluargasebenarnyamenjaditempatbelajar yang pertamadanutama. Hanyasaja, adabeberapakeluarga yang belumsiapmenjadisaranapendidikan moral bagianaknya.Kasusperceraian, masalahekonomi, keamanandansebagainyaturutmenjadi factor penghambatpendidikan di keluarga.
Apabilaorangtuasudahsiapmenjadi guru bagianak-anaknya di rumah, dankeluargajugasiapmenjadisekolahbagianaknya, makaakanlahirbibitunggul. Di keluarga, siswasejakusiadiniditanamkannilai, antara lain religiusitas, tanggungjawab, pengetahuan, dan social. Sejakusiadinipendidikan spiritual menjaditahappertama. Misalnyaorangtuamembiasakanberdoakepadaanaknyasebelummelakukanaktifitas di rumah.Jugamembiasakanmelakukanaktifitasibadahsecarakontinusehinggaanaksejakdinimelihatitusecarariil.Apa yang dilihatdandirasakanmelaluipembiasaanibadah, akanmenjadikarakteranak. Bahkanakanmenjadinilai plus di sekolahnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kadisdik Kota Semarang Kunjungi SMP 17

  Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Gunawan Saptogiri,S.H.,M.M didampingi Sekdin Drs.Hari Waluyo,M.M mengunjungi SMPN 17 Semarang Selasa...